I MADE SUSANTHA
HARIMBAWA, A.Md., S.Pd
NIM :
16.1.1.3.3.36
DHARMA ACARYA
PGSD AMPULEN
Banyak juga metode yang sekarang sudah
mulai diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia. Banyak metode, model dan juga
pendekatan yang diciptakan untuk memperbaiki metode ceramah yang akhir-akhir
ini dinilai tidak efektif. Banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan
dengan tujuan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran
sangat erat kaitannya dengan perkembangan siswa. Dari berbagai metode
pembelajaran juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi psikologis perkembangan
siswa. Metode yang paling unggul seakalipun jika tidak diterapkan dengan benar
pada kondisi yang tepat juga pada akhirnya tidak akan membawa hasil yang baik
pula. Jika siswa tidak siap dengan penggunaan suatu metode, maka sama halnya
metode pembelajaran tersebut tidak membawa dampak yang signifikan.
A. Profil John Locke
John Locke
adalah filosof yang berasal dari Inggris. Beliau dilahirkan di Wrington Somerst
pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke belajar di Westminster School selama lima
tahun yaitu pada tahun 1647-1652 Pada tahun itu juga hingga tahun 1656 ia
melanjutkan studinya di Christ Church, Oxford untuk mempelajari agama dan
mendapat gelar B.A. disana. Kemudian ia melanjutkan studinya lagi untuk
mendapatkan gelar M.A.
Tahun 1664 Locke diangkat sebagai
pejabat penyensor buku-buku filsafat moral. Ia juga belajar ilmu kedokteran dan
mahir dalam bidang ini. Pada tahun 1665 bersama Sir Walter Vane ia mengikuti
sebuah misi diplomatik ke Elector Of Brandenburg tetapi kemudian ia menolak
tawaran kerja diplomat dan kembali ke Oxford. Di sana ia mengonsentrasikan
seluruh perhatiannya pada filsafat dan menemukan minat yang sama pada Earl of
Shaftesbury yang mengundang Locke untuk tinggal di London house-nya.
Di sana Locke mengembangkan ilmu
politik dan filsafat sekaligus menjadi dokter pribadi bangsawan Earl of
Shaftesbury. Pada tahun 1683 Shaftesbury terancam akan di-impeacchment karena
telah melakukan pengkhianatan. Pada saat itu juga Locke lari ke Belanda dan di
sana ia menulis esai yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang
diterbitkan pada tahun 1690.
b. Aliran Empirisme dan John Locke
Menurut
empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman,
baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut empirisme tidak
puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk mencari teori
pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya
sehari -hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat dria sebagai
sumber dan dasar bagi apa yang kita
John Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
John Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1. Pengalaman
eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . John Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . John Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti
2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat
kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini.
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini.
John Locke,
sebagai tokoh paling awal dalam urutan empirisme Inggris, merupakan sosok yang
paling konservatif Ia merasa menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh
Descartes sehingga ia menolak anggapan Descartes yang menyatakan keunggulan
dari “yang dipahami” adalah “yang dirasa”. Ia hanya menerima pemikiran matematis
yang pasti dan penarikan dengan cara metode induksi.
Menurut John
Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan
logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk
mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal
itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya
dibimbing oleh pengalaman , dan probabilitas merupakan penunjuk jalan
bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada
perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal
esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari phenomena
material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.
c. Faktor – Faktor Tabularasa menurut John Locke
Salah satu
pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah
mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan
bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh
pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi
empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis
yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio
atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di
dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat
bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu
belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti
sebuah kertas putih atau tabula rasa yang kemudian mendapatkan isinya
dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu.
Tabularasa adalah teori bahwa pikiran (manusia)
ketika lahir berupa “kertas kosong” tanpa aturan untuk memroses data,
dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh
pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu “kosong”
saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi
jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya -
namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi
tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean
tentang apa yang disebut alami. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah
pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua
macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal
sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman
lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala
aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian
pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap
aktivitasnya sendiri dengan cara ‘mengingat’, ‘menghendaki’, ‘meyakini’, dan
sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk
pengetahuan melalui proses selanjutnya.
Di dalam proses terbentuknya
pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif
atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru
rasio atau pikiran bekerja membentuk ‘pandangan-pandangan kompleks’ (complex
ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan,
mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.
Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu
panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup
udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu
dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena
pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1. Belajar seperti bermain,
2. Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3. Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4. Mengutamakan pendidikan budi pekerti
Perihal
pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan
membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu
alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan
apakah orang lain menyetujui atau mencela. John Locke mementingkan kepatuhan si
anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata.
dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata.
Sementara
menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan
jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam
organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan
dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive
) , yang berarti aspek instrinsik dari dalam individu merupakan factor penentu yang penting untuk melahirkan prilaku
tertentu meskipun tanpa adanya perangsang ( stimulus ) yang datang dari
lingkungan.
Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Pendidikan sangat didominan dipengaruhi oleh
lingkungan luar
2. Individu memiliki pengetahuan hasil dari pengalaman
3. Pendidikan yang digagas oleh John Locke bersifat
utilistis, yang didasarkan pada kegunaan
4. Proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada
anak.
Dalam bentuk
yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih,
untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang
kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam
bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara
idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer
menyimpulkan dari buku “ essay concerning human understanding “
sebagai berikut: John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas
putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan
pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu . Melalui
pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan
pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan
jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan (
reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani.
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
- Baihaqi,
MIF,(2007) Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa
- Saduloh ,
Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi
Jurusan Filsafat
dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP
- Syamsudin .M, Abin,
( 2000 ), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja Rosdakarya
- Wikipedia Bahasa
Indonesia , Ensiklopedia Bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar