Selasa, 14 Maret 2017

Pentingnya Pendidikan Usia Dini Menurut Teori Tabularasa John Locke



I MADE SUSANTHA HARIMBAWA, A.Md., S.Pd
NIM : 16.1.1.3.3.36
DHARMA ACARYA
PGSD AMPULEN


         Banyak juga metode yang sekarang sudah mulai diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia. Banyak metode, model dan juga pendekatan yang diciptakan untuk memperbaiki metode ceramah yang akhir-akhir ini dinilai tidak efektif. Banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan dengan tujuan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan perkembangan siswa. Dari berbagai metode pembelajaran juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi psikologis perkembangan siswa. Metode yang paling unggul seakalipun jika tidak diterapkan dengan benar pada kondisi yang tepat juga pada akhirnya tidak akan membawa hasil yang baik pula. Jika siswa tidak siap dengan penggunaan suatu metode, maka sama halnya metode pembelajaran tersebut tidak membawa dampak yang signifikan.

A. Profil John Locke
         John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris. Beliau dilahirkan di Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke belajar di Westminster School selama lima tahun yaitu pada tahun 1647-1652 Pada tahun itu juga hingga tahun 1656 ia melanjutkan studinya di Christ Church, Oxford untuk mempelajari agama dan mendapat gelar B.A. disana. Kemudian ia melanjutkan studinya lagi untuk mendapatkan gelar M.A.
         Tahun 1664 Locke diangkat sebagai pejabat penyensor buku-buku filsafat moral. Ia juga belajar ilmu kedokteran dan mahir dalam bidang ini. Pada tahun 1665 bersama Sir Walter Vane ia mengikuti sebuah misi diplomatik ke Elector Of Brandenburg tetapi kemudian ia menolak tawaran kerja diplomat dan kembali ke Oxford. Di sana ia mengonsentrasikan seluruh perhatiannya pada filsafat dan menemukan minat yang sama pada Earl of Shaftesbury yang mengundang Locke untuk tinggal di London house-nya.
         Di sana Locke mengembangkan ilmu politik dan filsafat sekaligus menjadi dokter pribadi bangsawan Earl of Shaftesbury. Pada tahun 1683 Shaftesbury terancam akan di-impeacchment karena telah melakukan pengkhianatan. Pada saat itu juga Locke lari ke Belanda dan di sana ia menulis esai yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang diterbitkan pada tahun 1690.

b. Aliran Empirisme dan John Locke
         Menurut empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya sehari -hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat dria sebagai sumber dan dasar bagi apa yang kita
John Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1.  Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . John Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti
2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide  –  ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini.
John Locke, sebagai tokoh paling awal dalam urutan empirisme Inggris, merupakan sosok yang paling konservatif Ia merasa menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes sehingga ia menolak anggapan Descartes yang menyatakan keunggulan dari “yang dipahami” adalah “yang dirasa”. Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan penarikan dengan cara metode induksi.
         Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan  logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan  probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari  phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.

c. Faktor – Faktor Tabularasa menurut John Locke
         Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih atau tabula rasa yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu.
         Tabularasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) ketika lahir berupa “kertas kosong” tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu “kosong” saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean tentang apa yang disebut alami. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
         Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara ‘mengingat’, ‘menghendaki’, ‘meyakini’, dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.
         Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk ‘pandangan-pandangan kompleks’ (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.
Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1. Belajar seperti bermain,
2. Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3. Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4. Mengutamakan pendidikan budi pekerti
         Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang  harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela. John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik  –  baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman  –  hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang  dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata.
         Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik dari dalam individu merupakan factor  penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.
Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.  Pendidikan sangat didominan dipengaruhi oleh lingkungan luar
2.  Individu memiliki pengetahuan hasil dari pengalaman
3.  Pendidikan yang digagas oleh John Locke bersifat utilistis, yang didasarkan pada kegunaan
4.  Proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak.
         Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer menyimpulkan dari buku “  essay concerning human understanding  “ sebagai berikut: John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu  . Melalui pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani.



DAFTAR PUSTAKA
-   Baihaqi, MIF,(2007)  Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa
-   Saduloh , Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi
     Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP
-   Syamsudin .M, Abin, ( 2000 ), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja Rosdakarya
-   Wikipedia Bahasa Indonesia , Ensiklopedia Bebas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar